Sumber: Google
Kabar terbaru datang dari ranah ekonomi bumi pertiwi. Sri Mulyani,
Menteri Keuangan Republik Indonesia, menyatakan bahwa utang Indonesia naik 7,8 persen
dibanding periode sebelumnya. Bank Indonesia merilis ULN
Indonesia pada akhir triwulan III 2016 tercatat sebesar 325,3 miliar dolar AS.
Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri dari
ULN sektor swasta yang mencapai 163,1 miliar, atau 50,1 persen dari total ULN.
Sementara, posisi ULN sektor publik atau pemerintah sebesar 162,2 miliar dolar
AS, atau 49,9 persen dari total ULN.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, menyatakan bahwa utang Indonesia naik 7,8 persen
dibanding periode sebelumnya. Bank Indonesia merilis ULN
Indonesia pada akhir triwulan III 2016 tercatat sebesar 325,3 miliar dolar AS.
Berdasarkan kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia sebagian besar terdiri dari
ULN sektor swasta yang mencapai 163,1 miliar, atau 50,1 persen dari total ULN.
Sementara, posisi ULN sektor publik atau pemerintah sebesar 162,2 miliar dolar
AS, atau 49,9 persen dari total ULN.
Jika dilihat dari nominalnya jumlah utang
Indonesia sebesar Rp 3.400 triliun, dengan ukuran ekonomi Indonesia sekitar Rp
12.600 triliun, maka secara persentase utang Indonesia sekitar 27 persen dari
ukuran ekonomi. Namun, fenomena yang
mengherankan adalah hal tersebut nyatanya tidak membuat menteri ini terlalu
khawatir. Sebab, menurut beliau Indonesia masih dalam keadaan yang aman.
Ternyata, ada beberapa negara yang memiliki jumlah utang yang jauh diatas
Indonesia. Misalnya Amerika dan Jepang.
Indonesia sebesar Rp 3.400 triliun, dengan ukuran ekonomi Indonesia sekitar Rp
12.600 triliun, maka secara persentase utang Indonesia sekitar 27 persen dari
ukuran ekonomi. Namun, fenomena yang
mengherankan adalah hal tersebut nyatanya tidak membuat menteri ini terlalu
khawatir. Sebab, menurut beliau Indonesia masih dalam keadaan yang aman.
Ternyata, ada beberapa negara yang memiliki jumlah utang yang jauh diatas
Indonesia. Misalnya Amerika dan Jepang.
Amerika, dengan jumlah utang mencapai
USD18.000 miliar atau setara dengan 70% dari ukuran ekonomi AS, hingga detik
ini pun tidak gentar. Mereka masih bisa dengan santai mengendalikan
perekonomian negerinya. Jadi, bila dikalkulasikan, masing – masing kepala orang
Amerika akan dibebankan utang kira-kira 50 kali dari utangnya setiap kepala
orang Indonesia. Hal serupa juga terjadi dengan perekonomian negera Jepang. Negeri
yang dijuluki negeri Sakura ini pun memiliki utang yang jumlahnya tidak main –
main, USD8.000 miliar. Angka setara dengan 200% dari Produk Domestik Bruto
(PDB) nya yang hanya sekitar USD4.000 miliar. Jumlah yang fantastis untuk
ukuran utang. Artinya, setiap satu kepala orang Jepang punya utang 10 kali
lipat dari orang Indonesia. Selaras dengan sikap Amerika, Jepangpun tenang
tenang saja dengan keadaan tersebut.
USD18.000 miliar atau setara dengan 70% dari ukuran ekonomi AS, hingga detik
ini pun tidak gentar. Mereka masih bisa dengan santai mengendalikan
perekonomian negerinya. Jadi, bila dikalkulasikan, masing – masing kepala orang
Amerika akan dibebankan utang kira-kira 50 kali dari utangnya setiap kepala
orang Indonesia. Hal serupa juga terjadi dengan perekonomian negera Jepang. Negeri
yang dijuluki negeri Sakura ini pun memiliki utang yang jumlahnya tidak main –
main, USD8.000 miliar. Angka setara dengan 200% dari Produk Domestik Bruto
(PDB) nya yang hanya sekitar USD4.000 miliar. Jumlah yang fantastis untuk
ukuran utang. Artinya, setiap satu kepala orang Jepang punya utang 10 kali
lipat dari orang Indonesia. Selaras dengan sikap Amerika, Jepangpun tenang
tenang saja dengan keadaan tersebut.
Pertanyaannya,
mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Ternyata, alasan besarnya karena kedua negara
tersebut terus berproduksi sehingga kemampuan untuk membayar utangnya pun jauh
lebih tinggi. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia bisa membayar
utang luar negeri dengan tingkat produktifitasnya yang belum bisa sekuat
Amerika dan Jepang ?
mengapa hal tersebut bisa terjadi ? Ternyata, alasan besarnya karena kedua negara
tersebut terus berproduksi sehingga kemampuan untuk membayar utangnya pun jauh
lebih tinggi. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia bisa membayar
utang luar negeri dengan tingkat produktifitasnya yang belum bisa sekuat
Amerika dan Jepang ?
Tentu
saja Indonesia bisa melunasi utangnya asalkan mencapai beberapa titik tertentu.
Menurut Sri Mulyani, jika pertumbuhan ekonomi
Indonesia bisa tumbuh di atas 5 sampai 6 persen dan desifit APBN dapat terjaga,
maka masyarakat akan makmur dan ekonomi dalam negeri menjadi lebih besar,
sehingga tidak perlu khawatir tak mampu membayar utang luar negeri. Semoga hal
tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga Indonesia-pun bisa
melunasi utang-utangnya. Semoga.
saja Indonesia bisa melunasi utangnya asalkan mencapai beberapa titik tertentu.
Menurut Sri Mulyani, jika pertumbuhan ekonomi
Indonesia bisa tumbuh di atas 5 sampai 6 persen dan desifit APBN dapat terjaga,
maka masyarakat akan makmur dan ekonomi dalam negeri menjadi lebih besar,
sehingga tidak perlu khawatir tak mampu membayar utang luar negeri. Semoga hal
tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga Indonesia-pun bisa
melunasi utang-utangnya. Semoga.
You may also like
Understanding Kinesthetic Intelligence and Relevance for University Students
LeadX Summit UNJ 2025: Menghadirkan Dua Pembicara Inspiratif, Generasi Z Siap Menjadi Pemimpin Inovatif di Era Digital
Take a Break from the Screen: Why Digital Detox Can Have a Big Impact
Arus Balik Lebaran 2025: Puncaknya Diprediksi Terjadi pada 9 April
Update Harga BBM Awal Tahun 2025: Pertamax Naik Per 1 Januari, Berikut Daftar Lengkapnya