Kaki Gunung Marapi dilanda tragedi tragis pada Selasa, 14 Mei 2024 lalu. Banjir bandang mengerikan ini melanda masyarakat, menelan korban jiwa, dan meninggalkan luka yang mendalam. Pada 15 Mei 2024, 58 orang meninggal dunia dan 35 orang masih hilang terjebak di bawah reruntuhan dan arus deras.
Setelah hujan lebat mengguyur pada hari Sabtu dan Minggu (11-12 Mei 2024), banjir bandang dan tanah longsor melanda beberapa wilayah di Sumatera Barat, di antaranya Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang Panjang, dan Kota Padang.
Bencana ini disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Marapi, sehingga mengakibatkan longsoran dan lahar dingin mengalir deras ke sungai-sungai yang berdekatan. Aliran lahar dingin yang dahsyat menerjang penduduk dan bangunan di kaki gunung dengan kecepatan dan kekuatan yang sangat besar. Rumah-rumah hancur, jembatan runtuh, jalan terputus, dan banyak fasilitas umum rusak. Banjir bandang ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga mengganggu aktivitas ekonomi dan menyebabkan banyak kerugian materiel.
Sumber: kompas.id
Tim SAR gabungan bergerak cepat untuk mencari dan menyelamatkan korban di tengah duka dan kepanikan. Selain itu, warga terdampak bencana dievakuasi dengan hati-hati dan dibawa ke tempat yang lebih aman. Untuk meringankan beban para korban, bantuan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya segera diberikan. Akibat dari tragedi ini, masyarakat yang terdampak mengalami trauma dan duka di balik upaya pemulihan ini. Kehilangan rumah, harta benda, dan orang terkasih meninggalkan luka yang tak ternilai.
Bencana alam tidak dapat dihindari, jadi kita harus selalu waspada dan siap. Untuk mengurangi risiko dan konsekuensi bencana di masa depan, penting untuk dilakukan pencegahan yang optimal, di antaranya sebagai berikut.
1. Memantau Aktivitas Gunung
- Pemasangan sensor dan kamera pemantau di berbagai lokasi strategis akan meningkatkan jumlah dan kedalaman pemantauan aktivitas Gunung Marapi.
- Mengoptimalkan analisis data pemantauan untuk mendeteksi erupsi, longsoran, dan lahar dingin dengan lebih cepat dan akurat.
- Mengembangkan model prediksi dini berdasarkan data pemantauan dan kondisi meteorologi untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya banjir bandang.
2. Memperkuat Sistem untuk Memberikan Peringatan
- Memasang sistem peringatan dini banjir bandang yang terintegrasi dan mudah diakses oleh
- Menyebarkan informasi peringatan dini secara cepat dan efektif kepada masyarakat dengan memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
- Menginformasikan kepada masyarakat tentang cara memahami dan merespon peringatan dini dengan benar.
3. Penataan Ruang
- Melakukan penataan ruang yang berkelanjutan di kawasan kaki Gunung Marapi dengan memperhatikan faktor risiko bencana banjir bandang.
- Menetapkan kawasan rawan banjir bandang sebagai kawasan nonbangunan atau dengan pembatasan ketat terhadap kegiatan pembangunan.
- Merencanakan infrastruktur dan permukiman yang tahan terhadap banjir bandang, seperti rumah panggung atau sistem drainase yang memadai.
4. Pelatihan Masyarakat
- Meningkatkan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana, termasuk pengetahuan tentang banjir bandang, cara evakuasi, dan penggunaan peralatan penyelamatan.
- Membentuk komunitas tanggap bencana di kaki Gunung Marapi untuk meningkatkan partisipasi dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
- Melakukan simulasi dan latihan evakuasi secara berkala untuk melatih masyarakat dalam merespon situasi darurat dengan cepat dan terarah. (NS/ASM)
You may also like
Saat Ketegangan Timur Tengah Mengoyak Ekonomi dan Meremukkan Harapan Rakyat
Seni Memaksimalkan Jeda: Mengelola Waktu Liburan untuk Rejuvenasi Optimal
COC Kembali, Waktunya Pelajar Unjuk Aksi dan Prestasi
Challenge Detoks Media Sosial: Berani Coba? Cek Manfaatnya!
Selat Hormuz: Jalur Kecil yang Menggenggam Dunia