Pernahkah kalian merasa jenuh antara tugas kuliah yang menumpuk dan masalah kamar kos yang sama? Dari pagi sampai sore sibuk dengan kuliah, tugas, diskusi kelompok, dan berbagai aktivitas organisasi. Pada malam harinya masih harus bergelut dengan revisi laporan, bahan presentasi, dan mengejar deadline tugas yang tidak ada habisnya. Jika dibiarkan terus-menerus, tidak hanya fisik yang lelah, tetapi mental juga bisa lelah dan kehilangan motivasi. Nah, di sinilah pentingnya memiliki third place—tempat ketiga selain rumah dan kampus yang bisa dijadikan ruang bernafas.
Konsep third place pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiologi asal Amerika Serikat bernama Ray Oldenburg. Dalam pemikirannya, Oldenburg mengungkapkan bahwa kehidupan manusia sebaiknya tidak hanya berputar pada dua tempat saja, yakni rumah dan tempat kerja atau sekolah. Menurutnya, terdapat satu ruang lagi yang tidak kalah penting, yakni ruang ketiga atau yang dikenal sebagai third place.
Rumah, yang merupakan tempat pertama, adalah tempat kita beristirahat, berkumpul dengan keluarga, dan melepas penat setelah seharian beraktivitas. Tempat kedua, yaitu kantor atau kampus merupakan ruang utama kita untuk bekerja, belajar, dan menjalankan tanggung jawab. Nah, third place adalah ruang pelengkap yang dapat digunakan sebagai tempat untuk menyeimbangkan keduanya. Tempat tersebut tidak bersifat formal, tidak menuntut, dan tidak membebani. Akan tetapi, di sinilah kita bisa bersantai, menjadi diri sendiri, dan berinteraksi dengan orang lain tanpa adanya tekanan.
Third place dapat berupa kafe, taman kota, ruang komunitas, perpustakaan, dan warung kopi sederhana yang nyaman. Tempat tersebut tidak hanya sekadar tempat untuk nongkrong, tetapi ruang aman untuk istirahat sejenak, berbincang ringan, mencari inspirasi, serta duduk sendiri sambil merenung dan mengatur ulang pikiran.
Selain itu, tempat tersebut dapat menimbulkan banyak ide kreatif dan relasi baru, bahkan menurut beberapa penelitian sosial, keberadaan third place membantu seseorang untuk memperkuat ikatan sosial dan kesehatan mental. Ketika sedang tertekan dengan akademik, berada di lingkungan yang tidak menuntut apa pun menjadi sebuah dukungan produktivitas dan kunci untuk kembali merasa bersemangat. Apalagi sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan ruang di mana kita bisa merasa diterima tanpa harus berpura-pura.
Jadi, jika kalian mulai merasa jenuh atau kehilangan arah, mungkin saatnya kalian untuk meluangkan waktu, seperti main ke third place. Meskipun tidak mahal dan mewah, yang penting dapat membuat kalian agar merasa nyaman dan kembali menyeimbangkan kegiatan. Pada akhirnya hidup yang sehat tidak hanya tentang rajin belajar, tetapi tentang untuk mengetahui kapan dan di mana harus beristirahat. (ARL/FTH)
You may also like
Saat Ketegangan Timur Tengah Mengoyak Ekonomi dan Meremukkan Harapan Rakyat
Seni Memaksimalkan Jeda: Mengelola Waktu Liburan untuk Rejuvenasi Optimal
COC Kembali, Waktunya Pelajar Unjuk Aksi dan Prestasi
Challenge Detoks Media Sosial: Berani Coba? Cek Manfaatnya!
Selat Hormuz: Jalur Kecil yang Menggenggam Dunia