Layar menyala, jempol terus menggulir. Dalam hitungan detik, kita bisa mengetahui berita terbaru hingga isu global apa saja yang sedang ramai diperbincangkan. Di tengah dunia yang serba cepat ini, informasi tak lagi hadir dalam bentuk paragraf panjang. Reels, stories, dan unggahan singkat kini menjadi sajian utama yang dikonsumsi sehari-hari, semuanya bisa diakses hanya dengan satu sentuhan jari.
Kondisi ini berdampak langsung pada budaya literasi, terutama di kalangan Gen Z. Tumbuh bersama gawai dan internet, Gen Z lebih terbiasa menggulir layar yang terus-menerus di-scroll daripada membaca halaman buku yang perlu dibalik satu per satu. Meski sering dianggap menjauh dari dunia literasi, Gen Z sebenarnya masih memiliki ketertarikan untuk membaca. Tantangan tentu ada, namun semangat membaca belum sepenuhnya padam. Hanya saja, caranya yang kini bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.
Upaya untuk melek literasi di tengah derasnya arus informasi digital bisa dimulai dengan langkah kecil yang mudah diterapkan. Gen Z tidak harus duduk berjam-jam dengan buku tebal untuk menunjukkan minat baca mereka. Alih-alih menjadi distraksi, teknologi saat ini dapat dimaksimalkan untuk menunjang literasi. Membaca e-book melalui aplikasi seperti Google Books, menyimak thread informatif di media sosial, hingga menelusuri konten edukatif merupakan bentuk literasi modern yang relevan dan mudah diakses.
Salah satu bentuk literasi digital adalah hadirnya platform belajar dan aplikasi membaca, mulai dari artikel hingga buku digital yang memudahkan akses bacaan kapan saja dan di mana saja. Kebiasaan membaca bisa dibentuk secara perlahan, misalnya dengan menyisihkan waktu 15-20 menit setiap hari tanpa gangguan dan bergabung dalam komunitas buku daring atau klub baca virtual yang dapat meningkatkan motivasi serta membuka perspektif baru. Pilih bacaan yang sesuai minat agar membaca terasa lebih menyenangkan, dan tidak menjadi kewajiban yang berat.
Di era digital ini, melek literasi bukan hal mustahil. Justru budaya digital bisa diarahkan menjadi kebiasaan membaca yang bermakna. Melek literasi di era swipe and scroll bukan hanya sekadar wacana, melainkan ajakan nyata agar tetap berpikir kritis dan tumbuh secara intelektual melalui cara-cara membaca yang relevan dengan zamannya. (DND/NRL)
You may also like
Saat Ketegangan Timur Tengah Mengoyak Ekonomi dan Meremukkan Harapan Rakyat
Seni Memaksimalkan Jeda: Mengelola Waktu Liburan untuk Rejuvenasi Optimal
COC Kembali, Waktunya Pelajar Unjuk Aksi dan Prestasi
Challenge Detoks Media Sosial: Berani Coba? Cek Manfaatnya!
Selat Hormuz: Jalur Kecil yang Menggenggam Dunia