Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan dinamika antara optimisme domestik dan kewaspadaan terhadap tantangan global. Menentukan kondisi ekonomi Indonesia ibarat membaca dua sisi mata uang yang sama karena keduanya memiliki argumen yang sama kuat dan sangat memungkinkan untuk Indonesia berada di antaranya.
Sumber: Republikamerdeka
Menurut data yang dikeluarkan oleh BPS, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2025 mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen. Angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar 5,11 persen.
“Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 tumbuh sebesar 4,87 persen, yang ditopang oleh sektor pertanian yang tumbuh double digit, industri makanan dan minuman yang tetap solid, serta sektor transportasi. Selain itu, Ramadan dan Idulfitri juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkap Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
Sumber: CNBC Indonesia
Dengan adanya penurunan pada perekonomian di Indonesia, tentunya pemerintah menyiapkan stimulus domestik untuk mendorong konsumsi masyarakat agar meningkat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, stimulus ini mencakup:
1) diskon transportasi,
2) potongan tarif tol,
3) diskon tarif listrik sebesar 50 persen,
4) penambahan alokasi bantuan sosial,
5) Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi pekerja, dan
6) perpanjangan program diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Di tengah optimisme dan stimulus domestik yang sedang diusahakan oleh pemerintah, tentunya Indonesia tidak boleh lengah dengan adanya ketidakpastian global yang bisa memberikan banyak dampak bagi perekonomian di Indonesia. Berikut permasalahan ketidakpastian global yang menjadi sorotan pada awal tahun 2025:
- Kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS), yaknikenaikan tarif impor sebesar 32 persen ditambah 10 persen pada akhir April ini yang mencakup tarif dasar baru, tarif sektoral, dan tarif resiprokal. Kenaikan tarif ini tentunya dapat memicu kekhawatiran industri di Indonesia.
- Tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS), hal ini dipengaruhi oleh keputusan Federal Reserve(The Fed) terkait kenaikan suku bunga. Jika suku bunga yang tinggi ditahan lebih lama, hal ini akan berdampak pada nilai rupiah yang mengalami penurunan atau depresiasi
- Perlambanan ekonomi global, data yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund(IMF) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan turun menjadi 2,8 persen yang tentunya akan ikut memberikan dampak pada nilai ekspor Indonesia.
Sumber: Inilah.com
Singkatnya, Indonesia pada tahun 2025 berada pada persimpangan jalan. Ketahanan fundamental domestik yang didukung stimulus pemerintah menjadi perisai, tetapi ancaman eksternal adalah tantangan yang harus diwaspadai. Keberhasilan Indonesia akan bergantung pada bagaimana pemerintah dan seluruh elemen bangsa mampu menavigasi dua kekuatan besar ini, memastikan optimisme domestik tidak padam di tengah badai global yang masih bergejolak. (ADS/ARL)
You may also like
Libur Semester, Saatnya Pulihkan Diri
Cutbrai Comeback dan Kemeja Wispie: Ikon Gaya Fesyen 2025 yang Wajib Kamu Coba!
Jastip di Era Digital, dari Iseng Jadi Cuan
Serangan Balik di Tengah Perang Harga Dimulai: Harga Murah? Siapa Peduli!
Ketika Overthinking Menguasai Pikiran: Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-hari