Cahaya yang Mulai Redup di Tengah Kegelapan Alam: Ancaman Kepunahan Kunang-Kunang

Sumber: Bobo.id

Kunang-kunang adalah jenis serangga yang dapat memancarkan cahaya dari tubuh mereka, cahaya yang dihasilkan sangat memanjakan mata bagi manusia yang melihatnya. Serangga ini masuk ke dalam jenis kumbang atau ordo coleoptera, dalam bahasa Inggris biasa disebut fireflies. Di balik kelap-kelip cahaya yang memikat, kunang-kunang kini menghadapi ancaman yang kian mendesak, membuat banyak ilmuwan dan pecinta alam khawatir. Populasi mereka di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, makin menurun drastis. Di balik cahaya indah yang dihasilkan, tersembunyi kenyataan pahit, kunang-kunang berada di ambang kepunahan.

Peran Kunang-Kunang Pada Lingkungan dan Ekosistem

Kunang-kunang bukan hanya indah karena mampu menerangi dirinya sendiri, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sebagai predator dan mangsa, mereka membantu mengendalikan populasi serangga lain, seperti siput yang bisa menjadi hama bagi tanaman sekaligus berperan dalam penyerbukan. Direktur program invertebrata terancam punah di Xerces Society, Sarina Jepsen, menyebut bahwa keberadaan kunang-kunang mencerminkan kondisi lingkungan yang sehat, terutama di habitat, seperti hutan bakau, rawa, padang rumput, sawah, hutan, area pertanian, hingga taman kota. Mereka umumnya hidup di lingkungan dengan kelembapan tinggi, tanah gembur, dan pepohonan besar yang rindang serta kondisi yang mendukung perkembangan larva dan proses kawin. Karena itu, kunang-kunang dikenal sebagai bioindikator, yaitu makhluk hidup yang mencerminkan kualitas lingkungan. Jika mereka menghilang, itu menjadi tanda bahwa alam sedang tidak baik- baik saja.

Apakah Kunang-Kunang Sudah Punah?

Kunang-kunang masih belum mengalami kepunahan, meskipun begitu, beberapa spesiesnya kini menghadapi situasi yang memprihatinkan. Menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), dari 128 spesies kunang-kunang yang telah diteliti, sekitar 11% tergolong dalam status terancam punah, sementara 2% lainnya berisiko tinggi. Di wilayah Amerika Utara, tercatat 18 spesies yang terancam punah.

Penurunan jumlah kunang-kunang terjadi secara signifikan di berbagai penjuru dunia, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti polusi cahaya, pemakaian pestisida, serta berkurangnya tempat tinggal alami mereka. Hal ini semakin memperburuk kondisi kelangsungan hidup mereka, khususnya pada tahap larva yang berlangsung lebih lama dibanding fase dewasa.

Contoh nyatanya adalah Bethany Beach Firefly, yang sedang diusulkan untuk dimasukkan ke dalam daftar satwa langka di Amerika Serikat. Spesies ini terancam oleh dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut dan penyusutan cadangan air tanah di habitat aslinya.

Meskipun mayoritas spesies kunang-kunang belum masuk kategori kritis, para peneliti mengingatkan bahwa penurunan populasi ini dapat berlanjut jika tidak ada upaya serius untuk pelestarian. Dengan kata lain, meski belum punah, keberadaan kunang-kunang saat ini dalam kondisi mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian khusus agar tidak benar-benar menghilang dari alam.

Sumber: Pinterest.id

Ancaman dan Penyebab Kepunahan Kunang-Kunang

Seiring berjalannya waktu, kunang-kunang sangat jarang dilihat dan bahkan sulit untuk ditemukan. Populasi kunang-kunang menurun atau mungkin bisa dibilang menuju kepunahan. Ini bisa disebabkan karena udara lembab di hutan yang basah serta sumber air dan tanah yang gembur, yang merupakan tempat kunang-kunang berkembang biak, perlahan-lahan mulai menghilang. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa polusi cahaya menjadi penyebab utama menghilangnya kunang-kunang. Kunang-kunang menggunakan cahayanya untuk berkomunikasi dan memberi sinyal kepada pasangannya, maka dengan adanya polusi cahaya dari lampu depan mobil yang melintas atau dari lampu-lampu rumah, toko, dan jalan bisa menyebabkan pengeluaran cahaya kunang-kunang untuk mencari pasangan atau saling memberi isyarat menjadi terganggu. Masalah selanjutnya adalah kebanyakan rawa dan hutan sudah banyak dibangun untuk perumahan atau jalan lalu lintas. Sungai banyak yang tercemar limbah atau sampah dan banyak juga penggunaan pupuk sintesis dan pestisida untuk menghilangkan hama di ladang atau kebun mereka. Hal ini bisa memengaruhi kondisi tanah yang baik untuk kunang-kunang berkembang biak. Makin berkurangnya tempat habitat mereka, maka makin banyak kunang-kunang menghilang.

1. Udara Lembab, Sumber Air, dan Tanah yang Gembur

Sebagian besar spesies kunang-kunang dan mangsanya bergantung pada habitat lembap, termasuk lahan basah, sungai, dan ladang lembap. Modifikasi habitat perairan, seperti bendungan dan saluran irigasi, dapat berdampak negatif pada populasi kunang-kunang. Kekeringan yang terkait dengan perubahan iklim, gangguan aliran air alami, dan penurunan muka air tanah mungkin menjadi masalah bagi spesies di daerah kering, di sebelah barat. Di daerah yang lebih urban, pembangunan perumahan dan hilangnya habitat serasah daun yang diperlukan selama tahap kehidupan larva juga menjadi perhatian. Spesies yang hidup di daerah pesisir semakin berisiko karena kenaikan permukaan laut dan peningkatan gelombang badai yang terkait dengan perubahan iklim. Hilangnya habitat dapat sangat merugikan bagi spesies betina yang tidak bisa terbang karena betina ini tidak dapat menyebar jauh melampaui tempat kelahiran mereka. Betina dan larva yang tidak bisa terbang juga berisiko lebih tinggi mengalami penghancuran fisik.

2. Polusi Cahaya

Cahaya buatan di malam hari (ALAN), seperti lampu jalan, rumah, kendaraan, dan papan reklame mengganggu kemampuan kunang-kunang dalam menggunakan cahaya alami mereka untuk berkomunikasi. Hal ini mempersulit mereka dalam menemukan pasangan atau menghindari predator, khususnya bagi spesies yang aktif saat malam atau senja. Seiring dunia makin terang oleh lampu buatan, pesan cahaya alami kunang-kunang makin sulit tersampaikan.

3. Penggunaan Pestisida

Pestisida berdampak langsung dan tidak langsung pada kunang-kunang, terutama larva yang bergantung pada mangsa, seperti cacing dan siput. Herbisida juga merusak vegetasi yang dibutuhkan untuk tempat tinggal dan reproduksi. Betina dan larva yang tidak bisa terbang sangat rentan karena tidak mampu berpindah dari area yang telah terpapar pestisida.

4. Kurangnya Kesadaran Publik

Kunang-kunang merupakan hewan eksotik yang perlu dilestarikan. Keunikannya saat memancarkan cahaya tidak didapati pada serangga lainnya. Namun, kepedulian mengena kelestariannya belum banyak dilakukan. Buktinya, spesies kunang-kunang sekarang makin sedikit, salah satunya karena kegiatan konservasi untuk melestarikan serangga ini dan rasa peduli masih sangat sedikit, bahkan tidak ada. Melestarikan bukan hanya berarti mengembangbiakkan secara masal kemudian dilepas di alam. Namun, ternyata dengan menjaga alam agar tetap seimbang dan menyediakan habitat yang sesuai adalah kunci agar kunang-kunang masih bisa kita nikmati sampai anak cucu nanti.

Upaya Pencegahan Kepunahan Kunang-Kunang

Menjaga keberadaan kunang-kunang bukan sekadar menyelamatkan satu jenis serangga. Ini tentang menjaga keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Jika kita tidak segera bertindak, cahaya alami kunang-kunang bisa benar-benar padam dan kita akan kehilangan salah satu keajaiban alam yang paling memesona.

Walau kunang-kunang menghadapi ancaman serius, masih ada harapan untuk menyelamatkan serangga bercahaya ini. Siapa pun bisa berkontribusi dalam upaya pelestarian kunang-kunang, mulai dari tindakan kecil di rumah hingga terjun langsung dalam kegiatan besar di suatu komunitas. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam upaya pencegahan kepunahan kunang-kunang:

1. menyediakan habitat alami untuk serangga ini di halaman atau kebun rumah;

2. menghindari penggunaan pestisida dan bahan kimia;

3. mematikan lampu luar rumah saat malam atau setidaknya gunakan cahaya yang minim; dan

4. ikut serta dalam aktivitas komunitas penyelamatan kunang-kunang.

Hal ini dilakukan bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi kehidupan generasi selanjutnya, yang mungkin tidak bisa mengenal kunang-kunang dan hewan lain yang kini diambang kepunahan. Selain itu, hal ini dilakukan agar lingkungan tetap asri dan kunang-kunang tidak menjadi hewan yang hanya bisa diceritakan saja ke generasi selanjutnya, tetapi juga bisa dilihat secara nyata dengan keunikannya. (JR/NRL)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *