Siapa sangka, penjaga hutan tropis terbaik di dunia ada di Indonesia, lho! Tepatnya di wilayah Tanah Towa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Suku Kajang namanya. Suku ini adalah salah satu suku yang masih kental akan tradisi nenek moyang. Mereka sangat menghormati alam karena bagi mereka hutan merupakan tempat sakral, tempat bersemayam roh leluhur, sumber kehidupan, dan tempat bagi seluruh makhluk. Dengan luas tanah sekitar 3.100 hektare yang dipenuhi pepohonan rimbun membuktikan keahlian mereka dalam menjaga hutan. Bahkan The Washington Post, salah satu surat kabar di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa Suku Kajang merupakan contoh bagaimana masyarakat adat terbukti dapat melindungi hutan di sekitar tempat tinggal mereka.
Kelestarian hutan dijaga sangat ketat di sana. Konon, mereka dilarang keras menebang pohon, memburu hewan, dan mencabut rumput, kecuali untuk keperluan adat dan membangun rumah. Yang lebih menakjubkan, mereka memiliki tradisi dan peraturan yang berkaitan dengan hutan, antara lain.
1. Tradisi Tallasa Kamase-mase
Secara harfiah, tallasa kamase-mase adalah hidup dengan keadaan sederhana dan hidup dengan apa adanya. Tradisi ini mengajarkan dengan tegas kepada suku Kajang untuk menjalani hidup tanpa kemewahan karena tujuan utama hidup ini adalah beribadah kepada Turek Akrakna (Tuhan).
Selain itu, tallasa kamase-mase juga berarti mereka tidak mempunyai keinginan yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hal makanan maupun pakaian. Metode hidup seperti itu memungkinkan pelestarian hutan dengan cara menghindari eksploitasi sumber daya secara berlebihan. Hal ini sesuai dengan ajaran yang menyatakan, “Peliharalah dunia beserta isinya, demikian juga langit, manusia, dan hutan.” Dalam makrokosmos, manusia hanyalah makhluk hidup yang selalu bergantung pada makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, manusia tidak boleh bertindak sewenang-wenang saat berinteraksi dengan elemen lainnya karena dapat mengganggu keseimbangan alami yang sudah ada.
2. Penebangan Pohon dengan Syarat
Penebangan pohon tidak dilakukan secara sembarangan. Setiap masyarakat yang ingin menebang pohon wajib mengganti satu pohon dengan menanam dua pohon baru. Penebangan baru bisa dilakukan bila dua pohon baru sudah tumbuh dengan subur. Selain itu, saat menebang pohon, warga diharuskan membawa pohon dengan cara dipanggul agar tidak merusak tumbuhan lain di sekitarnya. Lokasi penanaman pohon baru juga ditentukan oleh ketua adat di sana.
3. Ilmu Doti
Doti adalah istilah yang biasanya berfungsi sebagai penggambaran pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk mengolah, mengaplikasikan, dan memilih tanaman obat yang dianggap mempunyai manfaat penyembuhan. Prinsip ekologi dan keseimbangan alam sering kali menjadi dasar praktik doti. Ilmu ini digunakan oleh suku Kajang untuk memilih tumbuhan obat yang tepat, menjaga keseimbangan ekosistem hutan, dan memperhatikan siklus alam. Mereka mempertahankan ekosistem hutan dan keberagaman hayati dengan melindungi serta merawat berbagai spesies tumbuhan yang mempunyai nilai medis.
Namun, bukan hanya itu, mereka bahkan membagi wilayah hutan menjadi dua bagian. Pertama adalah borong karama yang berarti hutan keramat. Ini adalah tempat tinggal para leluhur suku Kajang dan segala kegiatan di area ini dilarang, kecuali untuk ritual dan upacara adat. Kedua adalah borong batasayya yang berarti hutan perbatasan. Berbeda dari hutan keramat, di kawasan ini penebangan pohon diperbolehkan demi kepentingan suku. Jadi, tidak perlu heran lagi kenapa suku Kajang diakui sebagai penjaga hutan terbaik di kancah internasional, cara mereka memperlakukan alam sangatlah luar biasa!
Suku Kajang mampu menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan antara manusia dan alam benar-benar dapat terwujud. Wow, keren banget, ya! Mereka bisa menjadi inspirasi bagi dunia dalam pelestarian alam dan mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga dan mencintai alam dengan penuh rasa hormat serta tanggung jawab. (LN/ARL)
You may also like
Saat Ketegangan Timur Tengah Mengoyak Ekonomi dan Meremukkan Harapan Rakyat
Seni Memaksimalkan Jeda: Mengelola Waktu Liburan untuk Rejuvenasi Optimal
COC Kembali, Waktunya Pelajar Unjuk Aksi dan Prestasi
Challenge Detoks Media Sosial: Berani Coba? Cek Manfaatnya!
Selat Hormuz: Jalur Kecil yang Menggenggam Dunia