Sumber: CNN Indonesia

Dari Tempat Sampah ke Arsip Negara: Kisah Naskah Asli Proklamasi

Siapa sangka, dokumen paling berharga dalam sejarah Indonesia pernah hampir musnah begitu saja? Naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang ditulis tangan oleh Soekarno, sempat dibuang ke tempat sampah sebelum akhirnya diselamatkan oleh seorang wartawan muda bernama B.M. Diah.

Pada 16 Agustus 1945 malam, Soekarno menulis naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Namun, karena dianggap kurang rapi untuk dibacakan, Sayuti Melik mengetik ulang naskah tersebut. Naskah versi ketikan inilah yang akhirnya dibacakan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, naskah asli tulisan tangan Soekarno dianggap sudah tidak diperlukan lagi, sempat terbuang begitu saja.

Di momen inilah peran B.M. Diah menjadi sangat penting. Sebagai seorang wartawan, B.M. Diah melihat adanya nilai pada setiap peristiwa. Baginya, tugas pers bukan sekadar melaporkan berita, tetapi juga menjaga jejak sejarah agar tidak hilang ditelan waktu. Dengan naluri jurnalistiknya, ia melihat bahwa kertas lusuh itu bukan sekadar coretan, melainkan saksi lahirnya sebuah bangsa. Ia menyelamatkan naskah tersebut, lalu menyimpannya selama 46 tahun sebelum akhirnya menyerahkan dokumen tersebut kepada Presiden Soeharto pada Mei 1992. Sejak saat itu, naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia resmi menjadi bagian dari koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Perjalanan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini membuktikan bahwa pers memiliki peran lebih dari sekadar saksi. Berawal dari tempat sampah hingga menjadi bagian dari arsip negara, kisah ini mengingatkan kita bahwa warisan bangsa bisa terjaga berkat keberanian dan kejelian seseorang. Tanpa B.M. Diah, mungkin kita hanya mengenal Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui lembar ketikan tanpa pernah melihat goresan sejarah yang lahir dari tinta dan kertas sederhana.

Sumber: Museum Penerangan RI

Kisah ini juga menyadarkan kita bahwa sejarah tidak selalu diselamatkan oleh para pahlawan besar. Terkadang, tindakan sederhana orang biasa dengan mata jeli dan hati peduli yang menjaga warisan bangsa tetap hidup untuk generasi berikutnya. Tindakan sederhana B.M. Diah menjadi bukti bahwa setiap orang bisa berkontribusi untuk melestarikan sejarah. (AFR/SZA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *