Sejak kemarin hingga hari ini, jalanan di berbagai titik kembali dipenuhi lautan massa. Ribuan mahasiswa, buruh, dan masyarakat sipil turun ke jalan dengan satu suara, yaitu menuntut perubahan nyata serta mengakhiri praktik kekerasan aparat yang kerap menjadi wajah negara.
Sumber: Tirto.id
Aksi yang berlangsung sejak 28 Agustus 2025 ini tidak lahir dalam ruang kosong. Amarah rakyat makin memuncak setelah peristiwa tragis yang menewaskan Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek daring berusia 21 tahun yang dilindas kendaraan taktis Brimob di kawasan Pejompongan. Bagi banyak orang, kematian Affan adalah simbol dari betapa murahnya nyawa rakyat di mata negara.
Demonstrasi yang terus bergulir hingga hari ini bukan sekadar ekspresi spontan, melainkan akumulasi kekecewaan panjang. Sejak lama, kekerasan aparat menjadi pola yang berulang setiap kali rakyat mencoba menyampaikan aspirasi. Alih-alih mendengarkan, negara justru menjawab kritik dengan represi.
Di lapangan, massa aksi membawa berbagai spanduk, poster, dan yel-yel yang menegaskan bahwa mereka tidak akan diam. Teriakan “hidup rakyat!” menggema di tengah kepungan aparat bersenjata lengkap. Meski dihadang, semangat perlawanan tidak surut, tetapi justru makin menyala.
Tuntutan yang digaungkan, yaitu hentikan brutalitas aparat, usut tuntas tragedi yang menewaskan Affan, dan hadirkan perubahan sistemik dalam tubuh negara. Rakyat tidak lagi mau dibohongi dengan janji manis yang tak pernah ditepati.
Sumber: Tempo.co
Hari ini, jalanan menjadi saksi bahwa rakyat tidak akan berhenti. Selama keadilan belum ditegakkan, selama kekerasan masih menjadi bahasa negara, gelombang aksi akan terus tumbuh.
Karena sejarah selalu menunjukkan bahwa suara rakyat tidak pernah benar-benar bisa dibungkam. (AAB/NYL)
You may also like
Enam Strategi Penting agar Demonstrasi Berlangsung Damai Tanpa Anarki
17+8 Tuntutan Rakyat Menjadi Perhatian, Akankah Berbuah Tindakan atau Sekadar Angan-Angan?
From Textbooks to Chromebooks: How Digital Tools Shape Gen Z Learning
Maulid Nabi Muhammad: Meneladani Kepemimpinan yang Adil di Tengah Kekecewaan pada Kekuasaan
Riuh di Jalanan, Dentum Demokrasi