Industri musik Indonesia memang tidak pernah kehabisan ide. Setelah era pop mellow hingga dominasi K-Pop, kini muncul genre baru yang sukses menggebrak playlist anak muda, yaitu hip-dut. Dari namanya saja sudah terbayang, bahwa hip-dut adalah kolaborasi “gila” antara musik jalanan yang ritmis, hiphop, dan dangdut yang merupakan warisan budaya lokal yang ikonik sehingga menghasilkan perpaduan yang energik, unik, dan relatable abis!
Dari Kendang ke Beat Keras: Apa Itu Hip-dut?
Hip-dut adalah bukti nyata kreativitas musisi muda Indonesia yang berani memadukan dua genre yang dulunya dianggap berlawanan. Bayangkan beat hiphop yang keras, cepat, dan catchy, digabungkan dengan cengkok dangdut yang khas, hentakan gendang, dan aransemen musik elektronik yang bikin pinggul otomatis bergoyang.
Jika hiphop identik dengan lirik freestyle dan street style, dangdut lekat dengan nuansa Melayu, India, dan irama yang selalu mengundang keramaian. Hip-dut mengambil esensi terbaik dari keduanya, yaitu energi hiphop untuk lirik yang ekspresif dan terkadang satire, serta melodi dangdut untuk unsur lokal yang kuat dan mudah dinikmati semua kalangan. Tidak heran jika genre ini langsung populer, terutama di kalangan Gen Z, yang memang haus akan hal-hal baru, anti-mainstream, dan bisa mereka jadikan media berekspresi di media sosial, seperti TikTok dan Instagram Reels.
“Garam dan Madu” sebagai Trendsetter
Fenomena hip-dut yang masif ini tidak lepas dari peran lagu fenomenal “Garam dan Madu” yang dirilis pada akhir tahun 2024 oleh trio Tenxi, Naykilla, dan Jemsii. Lagu ini mendadak viral di media sosial dan menjadi trendsetter yang membuka jalan bagi musisi hip-dut lainnya.
Sumber: mRRI.co.id
Popularitas yang luar biasa hingga menembus jutaan streamer di berbagai platform, membuktikan bahwa perpaduan ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan perwakilan dari suara generasi baru. Keberanian trio ini mencampur rap dengan lantunan cengkok biduan di atas beat elektronik yang groovy menciptakan formula yang langsung menempel di telinga. Setelah “Garam dan Madu” meledak, lagu-lagu hip-dut lain ikut meramaikan tangga musik, seperti “Aku Dah Lupa” dari Zia & Mikky yang juga kental dengan nuansa dangdut modern dan “Calon Mantu Idaman” oleh Rombongan Bodonk Koplo yang membawa elemen jenaka. Musisi seperti NDX AKA yang sudah lebih dulu mengusung hiphop dangdut Jawa, kini ikut merasakan dampak masif dari genre yang sudah punya nama resmi ini.
Sumber: Nagan Tour
Representasi Subkultur yang Berani Tampil Beda
Popularitas hip-dut tidak hanya berhenti di telinga. Genre ini juga menjadi representasi dari subkultur “skena” anak muda Indonesia. Liriknya sering kali lugas, nyeleneh, dan relatable , mulai dari tentang kisah asmara, move–on, hingga isu sehari-hari.
Para musisi dan penikmat hip-dut sering kali tampil dengan gaya yang unik dengan memadukan fashion ala rapper, seperti loose pants, kupluk, dan sepatu dengan sentuhan glamour ala penyanyi dangdut. Perpaduan gaya ini semakin mempertegas identitas hip-dut sebagai cross-genre yang dinamis dan tidak terikat standar.
Meskipun sempat menuai pro dan kontra, beberapa pihak menyebutnya sebagai musik sampah atau lucu-lucuan, hip-dut terus berkembang dan membuktikan diri sebagai evolusi budaya yang sah. Genre ini berpotensi besar menjadi wajah baru musik Indonesia di kancah global. Dari panggung underground hingga festival musik internasional, hip-dut adalah energi baru yang siap menggoyang dunia! (NAW/NRL)
You may also like
Menelusuri Suasana Malam di Taman Margasatawa Ragunan
Dari Tempat Belajar Jadi Puing: Tragedi Ponpes Al Khoziny yang Bikin Geger Sidoarjo
Kekalahan Indonesia vs Arab Saudi 2–3 di Jeddah: Skor Berat untuk Harapan Garuda
Garuda Melawan Sampai Akhir! Indonesia Takluk 2–3 di Tangan Arab Saudi
Fresh Graduate Wajib Tahu! Manfaat hingga Tantangan Program Magang Bergaji Rp3,3 Juta per Bulan