Sumber: Nautica.janaeeg

Generasi Z Menyapa Musik 90-an sebagai Nostalgia yang Tak Pernah Mati

Seolah waktu berputar kembali, generasi Z yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2000-an kini tengah jatuh hati pada musik era 90-an. Fenomena ini bukan sekadar tren sementara, melainkan sebuah bentuk pelarian sekaligus “pelukan hangat” di tengah dunia modern yang bergerak cepat, penuh distraksi, dan sarat akan tekanan.

1.⁠ ⁠Rindu akan Masa yang Terasa Lebih Sederhana

Menurut survei, sekitar 37% Gen Z mengaku merasakan nostalgia terhadap era 90-an, meski sebagian besar dari mereka bahkan belum lahir pada masa itu. Musik dan budaya 90-an membawa kesan aman, nyaman, dan stabil, seolah menjadi ruang aman ketika realitas terasa terlalu rumit.

2.⁠ ⁠Media Sosial sebagai Mesin Pengulang Kenangan

Platform media sosial, seperti TikTok dan Spotify berperan besar dalam menghidupkan kembali lagu-lagu lawas. TikTok, dengan klip video singkatnya, mampu membuat potongan lagu 90-an menjadi viral. Hal ini mendorong audiens muda untuk mencari dan mendengarkan versi penuh dari lagu-lagu tersebut di platform streaming. Lagu-lagu tersebut pun dapat cocok dengan para Gen Z sehingga diputar terus-menerus.

Sumber: Futura

3.⁠ ⁠Genre Underground Menyapa Generasi Baru

Aliran seperti shoegaze dengan dentingan gitar dreamy kembali populer berkat media sosial. Lagu seperti “Stars Will Fall” dari Duster memperoleh jutaan penayangan di TikTok dan pendengar baru di Spotify. Pengaruh band legendaris, seperti Nirvana pun tetap kuat, terutama karena autentisitas dan intensitas emosional yang mereka suguhkan.

4.⁠ ⁠Fisik sebagai Simbol Sentimentalitas

Meski era digital mendominasi, tren mengoleksi musik fisik, seperti vinyl dan CD kembali digemari. Bagi Gen Z, ini bukan sekadar koleksi, tetapi bentuk penghargaan terhadap nilai cerita, estetika, dan keberlanjutan.

5.⁠ ⁠Warisan Orang Tua

Banyak Gen Z tumbuh dengan orang tua yang gemar mendengarkan alternative rock atau post-punk era 90-an. Musik tersebut menjadi bagian dari memori masa kecil sehingga dapat menciptakan rasa familier sekaligus ikatan lintas generasi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa musik, tak peduli usianya, selalu menemukan pendengar baru yang siap merayakannya kembali. (DS/NYL)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *