Apakah kamu pernah membayangkan sebuah selat kecil, tetapi memiliki pengaruh besar terhadap harga minyak dunia? Selat Hormuz disebut sebagai titik strategis jalur laut yang dapat memicu krisis energi apabila kawasan tersebut ditutup. Selat Hormuz merupakan jalur vital untuk energi dunia yang sering terancam karena terjadi konflik geopolitik.
Mengutip dari Strauss Center, Selat Hormuz adalah selat yang sempit, lebarnya hanya sekitar 30 mil dari titik tersempitnya, yaitu di antara Semenanjung Musandam di Oman dan Iran. Teluk Persia dengan Teluk Oman terhubung karena adanya Selat Hormuz. Kedalaman Selat Hormuz terdapat dekat Semenanjung Musandam dan akan mengecil saat bergerak pada arah utara menuju pantai Iran.
Umumnya, lalu lintas komersial yang melintasi selat ini mengalir melalui Traffic Separation Scheme (TSS) yang sudah ditetapkan di utara Semenanjung Musandam, tetapi perairannya cukup dalam untuk kapal-kapal besar yang melintasi Zona Lalu Lintas Pantai di selatan Pulau Didimar, Oman.
Sejak beberapa abad yang lalu, Selat Hormuz sudah menjadi jalur strategis yang menghubungkan Eropa dan Asia. Ketika abad ke-13 hingga abad ke-16, selat ini menjadi salah satu lalu lintas yang sering dilalui, bahkan hingga kini peran strategisnya belum tergantikan. Selat Hormuz merupakan jalur yang dilalui dalam melakukan ekspor minyak dari Timur Tengah. Ketergantungan dunia pada Selat Hormuz menjadikannya titik tekan geopolitik yang rentan terhadap konflik antara Iran – AS dan negara-negara teluk.
Menurut Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), sekitar 20% pasokan minyak dunia melintasi Selat Hormuz setiap harinya. Jalur ini menghubungkan produsen utama, seperti Iran dan Arab Saudi dengan pasar global. Arab Saudi sendiri merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia menurut data OPEC, menjadikan Selat Hormuz sebagai titik krusial dalam rantai pasok energi global.
Dengan angka yang cukup besar, tak heran apabila stabilitas Selat Hormuz menjadi perhatian utama negara-negara besar. Ketergantungan dunia pada jalur ini dapat menimbulkan risiko yang besar apabila terjadi gangguan. Kemudian, apa yang akan terjadi apabila Selat Hormuz ditutup?
Ketika Iran menutup Selat Hormuz, dampak langsung yang dirasakan adalah melonjaknya harga minyak dunia serta risiko memicu gangguan perekonomian global. Harga minyak yang tinggi akan menyebabkan banyak negara meningkatkan biaya produksi. Akibatnya, harga barang kebutuhan pokok akan ikut naik sehingga daya beli masyarakat akan berkurang dan inflasi pun tak terhindarkan. Kondisi ini bisa saja terjadi secara global, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada impor energi dari kawasan teluk.
Selain itu, gangguan suplai energi akibat ditutupnya Selat Hormuz memicu krisis di negara-negara pengimpor besar, seperti Tiongkok, Jepang, hingga kawasan Eropa. Tak hanya berdampak pada ekonomi, ketegangan ini memiliki potensi memperkeruh situasi geopolitik global, bahkan memicu konflik antarnegara berkepentingan.
Dampak paling nyata bagi Indonesia dari ditutupnya Selat Hormuz adalah meningkatnya beban subsidi energi secara signifikan. Kondisi ini membebani APBN dan memaksa pemerintah untuk melakukan penyesuaian anggaran pada sektor lain. Naiknya BBM juga akan memicu lonjakan harga barang kebutuhan pokok sehingga memperparah tekanan ekonomi bagi masyarakat penghasilan rendah.
Ketergantungan dunia pada Selat Hormuz menunjukkan bahwa jalur sempit bukan hanya urusan regional, tetapi menjadi urat nadi energi global. Maka dari itu, diplomasi internasional dapat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas kawasan serta mencegah terjadinya konflik yang dapat mengguncang pasar dunia.
Selain itu, dunia perlu mempertimbangkan diversifikasi jalur distribusi juga percepatan transisi menuju energi terbarukan untuk solusi jangka panjang. Bergantung pada satu titik tidak hanya beresiko, tetapi juga membahayakan masa depan ketahanan energi global. (KA/NRL)
You may also like
Saat Ketegangan Timur Tengah Mengoyak Ekonomi dan Meremukkan Harapan Rakyat
Seni Memaksimalkan Jeda: Mengelola Waktu Liburan untuk Rejuvenasi Optimal
COC Kembali, Waktunya Pelajar Unjuk Aksi dan Prestasi
Challenge Detoks Media Sosial: Berani Coba? Cek Manfaatnya!
Makna Hari Olimpiade yang Tidak Hanya Dimenangkan di Podium